Selama 13 Tahun Anak Ini Hidup di Dalam Baskom
breaking news 18.26
SUKABUMI - Kisah pilu dialami Syahrul, seorang bocah berusia 14 tahun, asal Kampung Bantar Muncang RT01/7 Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Sejak usia satu tahun, anak bungsu dari 10 bersudara pasangan Supinah, 56, dan (Alm) Kamal ini, harus hidup di dalam baskom.
Kondisi ini harus dijalani Syahrul setelah kedua kaki dan tubuhnya mengalami kelumpuhan yang diduga akibat penyakit Polio. Kesehariannya, Syahrul hanya bisa berdiam diri di atas baskom. Sesekali bocah laki-laki yang terpaksa tidak mengenyam pendidikan itu harus berjalan dengan cara Ngesot. Itu pun hanya bisa ditempuhnya dalam jarak tidak lebih dari dua meter.
Menurut Supinah, kelumpuhan yang dialami putranya itu terjadi sesaat setelah menjalani suntik Hepatitis B di Posyandu yang ada di lingkungan rumahnya. Kala itu, Syahrul yang baru menginjak usia enam bulan.
"Saat dilahirkan sampai usianya enam bulan, kondisi tubuhnya sangat normal. Tapi, setelah Syahrul mendapatkan suntik Hepatitis, tiba-tiba saja tubuhnya jadi lemas," ungkap Supinah yang kesehariannya bekerja sebagai Paraji atau dukun beranak, Selasa (5/7/2011).
Sejak kondisi tubuhnya mengalami kelumpuhan, Syahrul hanya bisa tergolek lemas dengan medua kaki yang berukuran sangat kecil. Memasuki usia satu tahun, Syahrul mulai belajar berjalan.
Namun, hal itu dilakukannya diluar kewajaran yakni tidak menggunakan kedua kakinya, melainkan memanfaatkan leher bagian belakang dan kepalanya untuk menggerakan tubuh dari satu sudut ke sudut lain di dalam rumahnya.
"Untuk duduk saja, tubuhnya selalu terkulai. Karena itulah saya berinisiatif untuk menempatkannya di dalam baskom," ungkap Supinah. Wadah atau tempat yang lazimnya digunakan untuk menyimpan air itulah menjadi alat penyangga bagi tubuh dan kaki Syahrul dalam menjalani kesehariannya hingga sekarang.
Supinah mengaku telah berulangkali membawa Syahrul ke rumah sakit atau dokter praktik. Dari hasil diagnosa menunjukan, Syahrul mengalami kelumpuhan akibat penyakit Polio. Karena tersandung biaya, Supinah akhirnya terpaksa menghentikan upaya pengobatan Syahrul.
"Saya hanya berharap ada bantuan baik dari pemerintah atau pun dermawan, setidaknya Syahrul bisa berdiri atau berjalan normal walau harus menggunakan alat penyangga sekalipun," ujar Supinah.
Keprihatinan yang dijalani keluarga Supinah bukan hanya bertumpu pada penderitaan Syahrul saja. Dari sepuluh orang anak yang dilahirkan Supinah, tiga di antaranya telah meninggal dunia. Dengan demikian hanya tersisa tujuh orang anak.
Dari ketujuhnya, bukan hanya Syahrul saja yang mengalami kelumpuhan. Seorang kakak kandungnya yakni Husen, 33, pun mengalami kelumpuhan akibat terjatuh dari pohon kelapa.
"Tulang punggung patah dan kedua kaki juga tidak bisa digerakan. Karena itulah hanya saya bisa terbaring," tutur Husen okezone.com
Posted by damm11
on 18.26.
Filed under
breaking news
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0