Cuaca Panas AS, Tewaskan 22 Orang
breaking news 23.12
Suhu yang terus mengalami peningkatan ini bahkan sampai menelan korban jiwa. Ironisnya, mereka yang tinggal diluar dua wilayah itu tidak ikut terkena imbas.
Jumlah korban tewas akibat cuaca panas yang ekstrem dalam beberapa hari terakhir ini mencapai 22 orang, seperti dilansir dari stasiun berita BBC pada Kamis 21 Juli 2011. Angka ini bisa terus meningkat seiring dengan panas yang terus menyebar ke seluruh pelosok.
Badan Cuaca Nasional AS memperingatkan lagi para warga tentang tingkat panas dan kelembaban yang semakin berbahaya di wilayah Timur AS.
"Cuaca yang sangat panas dan bertekanan tinggi ini rupanya telah memiliki cakupan dan durasi yang benar-benar luar biasa," kata Eli Jacks, seorang meteorologis dari Badan Cuaca Nasional. Sebanyak lebih dari 50% populasi AS terkena efek panas ekstrem ini.
Jacks mengingatkan bahwa dalam cuaca seperti ini, tubuh jadi kurang mampu mendinginkan diri sendiri karena keringat tak mampu menguap dengan efisien. Dari seluruh wilayah timur dan tengah AS, semua orang berjuang untuk tetap sejuk di tengah cuaca panas. Salah satu caranya adalah dengan berdiri berlama-lama di depan alat pendingin.
Lebih Buruk
Di kota Hutchinton, Kansas, tercatat tiga orang lansia tewas kepanasan. Di negara bagian Minnesota yang terkenal akan cuaca dinginnya saja, produk pertanian banyak yang layu akibat terkena paparan cuaca panas.
Yang paling parah adalah kota Chicago, dimana para warga sampai diimbau mengurangi kegiatan yang menimbulkan polusi.
Para pengamat cuaca menyebutkan bahwa kasus gelombang panas ini dapat menjadi lebih buruk dari kejadian serupa yang terjadi di Chicago pada 1995. Kala itu, 700 jiwa melayang dalam kurun waktu tiga hari.
Namun, cuaca panas paling ekstrem yang paling parah di AS terjadi pada era Great Depression pada 1936. Terjadi lebih dari 5.000 kematian di seantero AS dan Kanada akibat panas yang berlebihan.vivanews.com
Posted by damm11
on 23.12.
Filed under
breaking news
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0