Teroris ‘Bukan Lagi’ Arab dan Muslim

 
Sudah sekian lama Bangsa Arab dan nyaris seluruh umat Islam di dunia hidup dalam bayang-bayanga tudingan sebagai teroris, oleh negara-negara Barat pimpinan AS beserta sekutu-sekutunya. Tapi nyatanya, di Norwegia seorang bule pembenci Islam justru menjadi teroris yang sangat keji bagi bangsanya sendiri sesama bule dan non-Muslim.

Musim panas yang tenang dan damai menyelimuti Oslo, ibukota Norwegia, siang menjelang sore, Jumat pekan lalu (22/7). Namun, sekitar pukul 15.30 waktu setempat, atau pukul 20.30 WIB, ketenangan dan kedamaian di kota yang selalu menjadi ikon penganugerahan Nobel itu mendadak tercabik-cabik oleh suara ledakan yang membahana dari kompleks gedung perkantoran Pemerintah Pusat Norwegia.

Ledakan itu, yang belakangan diketahui bersumber dari sebuah bom mobil, memorak porandakan kantor Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg dan kantor Kementerian Perminyakan. Tubuh-tubuh manusia pun bergelimpangan dalam genangan darah dan serakan puing-puing, akibat ledakan. Delapan di antaranya tewas.

Tak berhenti sampai di situ. Sekitar dua jam kemudian, terjadi insiden pembantaian manusia di Pulau Utoya, di tengah Danau Tyrifjorden, Norwegia yang berlokasi 38 kilometer sebelah barat laut Oslo. Seorang laki-laki beratribut polisi dengan brutal menembaki kumpulan pemuda – rata-rata berusia 16-22 tahun – yang sedang mengikuti perkemahan musim panas Partai Buruh. Pemerintah menyatakan, jumlah korban tewas akibat insiden itu, sebanyak 68 orang.

Begitu sebuah bom mobil meledak di Oslo, pers Barat langsung mewartakan tudingan terhadap kelompok ekstremis Muslim yang rata-rata berafiliasi ke Al Qaeda di Timur Tengah. Mungkin cukup beralasan jika dikait-kaitkan dengan terbunuhnya Osama bin Laden, pemimpin besar Al Qaeda, oleh tentara-tentara Navy SEAL AS, pada 1 Mei lalu, di Pakistan. Sementara, Pemerintah AS sendiri juga menghembus-hembuskan isu tentang upaya balas dendam Al Qaeda.

Namun, ketika tim SWAT (special weapons and tactics) Polisi Norwegia berhasil meringkus pelaku pembantaian di Pulau Utoya, maka fakta yang terungkap seakan balik menampar dengan keras wajah Barat. Sebab, pelaku penembakan yang sekaligus pula pelaku pemboman adalah Anders Behring Breivik, pemuda bule asli Norwegia, kelahiran London, Inggris 13 Februari 1979.

Anak Jens David Breivik, pensiunan diplomat Kerajaan Norwegia itu, juga tidak ada sangkut pautnya dengan kelompok ekstremis Muslim manapun – sebagaimana kerap disangkakan terhadap kelompok ekstremis Rusia yang diduga meledakan Bandara Domodedovo, Moskow, Januari lalu. Bahkan, Anders Breivik adalah seorang Kristen fundamentalis yang memiliki pandangan politik kanan radikal dan sangat anti-Islam.

Dalam beberapa catatannya yang dia unggah ke dunia maya, Anders Breivik mengaku sebagai penerus perjuangan Knights Templar, prajurit elit Kristen Barat di era Perang Salib yang dikukuhkan Gereja Katholik pada tahun 1129. Anders Breivik menyatakan, misinya adalah menghentikan meluasnya perkembangan Muslim dan pengaruh Islam di tanah Eropa.

Radikal Kanan Anti-Islam

Pernyataan-pernyataan Anders Breivik sangat anti-Islam. Seperti yang dia unggah pada 17 Februari 2010, di situs Norwegia Document.no: “Sebanyak 80 persen Muslim ‘moderat’ disebut telah mengabaikan Al Quran. Padahal, dibutuhkan cuma sedikit orang untuk merekayasa kecelakaan pesawat. Bagi saya, adalah munafik menyebut Muslim, Nazi dan Marxis, berbeda.”

Kemudian, 6 jam sebelum aksi keji itu, Anders Breivik muncul melalui video berdurasi 12 menit bertajuk ‘Knights Templar 2083’ yang diunggah di YouTube. Berpose lengkap dengan senapan otomatis yang digunakan untuk membunuh, ia mengkampanyekan Perang Salib berikutnya di abad ke-21.

“Sebelum memulai Perang Salib, kita harus melakukan tugas kita dengan menebangi budaya Marxisme,” demikian salah satu teks yang menyertai video yang diunggah dengan akun BerwickAndrew tersebut, sebagaimana dilansir VIVAnews.com, Minggu (24/7) pukul 19.35. Video itu telah dihapus oleh pengelola YouTube lantaran dianggap terlalu rasis.

Di depan pengadilan, Senin kemarin (25/7), Anders Breivik mengaku, dia tidak menyesali perbuatannya, sebab menurut dia perbuatan keji itu untuk menyelamatkan Eropa. “Dia mengaku tindakannya ini keji, namun menurutnya tindakan ini perlu,” ungkap Geir Lippestad, pengacara Anders Breivik.

Kini, aparat penegak hukum memang sudah menahan Anders Breivik dan tengah mengadilinya. Namun sejumlah pengamat meyakini, hal itu tidak akan menghentikan dengan seketika lahirnya teroris-teroris baru yang bertampang bule, berpaham radikal kanan, dan anti-Islam. Sebab, berbagai kelompok ektrem kanan Eropa kini tengah menikmati kebangkitan kembali selama 30 tahun terakhir.

Kebangkitan kelompok-kelompok itu didorong oleh kebencian terhadap bertumbuhnya kekuatan Uni Eropa dan penolakan terhadap multikulturalisme yang menyertai imigrasi orang-orang dari negara berkembang.
Menurut Anders Hellstroem, ahli soal nasionalisme dan gerakan populis, sejumlah negara di Eropa yang berkebangsaan Skandinavia, kini semakin mengarah ke politik ekstrem. “Partai-partai ini makin kuat, bahkan menjadi bagian utama politik,” tutur Hellstroem seperti dikutip AFP dan dilansir Kompas, Kamis (28/7). *

Oleh:     Satriyo Eko Putro
             Wartawan Surabaya Post

Sumber : www.surabayapost.co.id

Posted by damm11 on 15.38. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0

0 komentar for Teroris ‘Bukan Lagi’ Arab dan Muslim

Leave comment

FLICKR PHOTO STREAM

blog-indonesia.com

2010 Ada-Sih. All Rights Reserved. - Designed by Damm11