Kilas Sejarah 'Remote' TV
Teknologi 01.50
Masyarakat Indonesia kerap salah kaprah, dengan menyebut perangkat ini dengan ‘remote’ TV. Padahal, maksudnya adalah alat pengendali jarak jauh (remote control) TV. Namun, untuk mempermudah penyebutan, penulisan kali ini akan menggunakan kata ‘alat pengendali TV’.
Sebelum menjadi alat pengendali TV seperti yang dikenal saat ini, tidak banyak yang tahu kalau perangkat ini mengalami banyak perubahan sejak pertama dibuat. Ini jelas menjadi bukti kemajuan teknologi.
Pada 1950, pengendali pertama diperkenalkan oleh Radio Amerika Serikat (AS) dan pembuat TV Zenith. Perangkat yang diberi nama ‘Lazy Bone’ ini terhubung dengan serangkaian kabel panjang. Menurut Washington Post, kabel ini kemudian terbukti menjadi bahaya keamanan.
Lima tahun kemudian, tepatnya pada 1955, Zenith memperkenalkan pengendali nirkabelnya, yang diberi nama ‘Flash-Matic’. Perangkat ini pada dasarnya merupakan sebuah ‘obor’ yang bisa diarahkan ke panel peka cahaya di pojok TV. Sayangnya, alat ini tak bisa berfungsi dengan baik.
Tahun depannya, pada 1956, Zenith kembali memperkenalkan pengendali TV terbarunya, ‘Space Commander’. Alat inilah yang hingga kini disebut-sebut sebagai pengendali TV nirkabel pertama. Saat pengguna mengklik tombol yang ada pada pengendali ini, perangkat akan otomatis mengirim suara berfrekuensi tinggi yang hanya dikenali TV. Keunggulan lainnya, alat ini tak membutuhkan baterai.
Di era 1970, tombol ‘klik’ yang ada di balik ‘Space Commander’ masih bertahan, dengan teknologi yang makin ‘cantik’. Kemampuannya ternyata cukup diakui, sehingga pada 1990, Zenith dibeli perusahaan asal Korea Selatan, LG.
Kemudian, pada 1980, perusahaan asal Kanada Viewstar mulai mengembangkan pengendali inframerah pertama. Perangkat ini memungkinkan banyak pesan bisa dikirim ke TV. Inilah awal pengendali TV memiliki banyak tombol.
Pengendali inframerah pun segera menjadi standar untuk TV, Hi-Fi stereo dan gadget lain. Selain itu, perangkat inilah yang menjadi inspirasi iklan pada era 1980an. Pada 1985, ditemukan masalah pada pengendali inframerah, yakni bahwa perangkat ini hanya bisa digunakan untuk satu TV.
Terkait hal tersebut, Magnavox merilis pengendali yang mampu bekerja dengan TV-nya sendiri dan TV dari pesaing. Perusahaan asal AS ini sebelumnya terkenal setelah memperkenalkan konsol video game rumah Odyssey pada 1972. Pada 1974, perusahaan ini dibeli Philips, perusahaan asal Belanda.
Perkembangan pengendali TV tidak berhenti sampai disini. Pada 1987, Steve Wozniak dari Apple melakukan gebrakan. Perusahaan miliknya, CL 9, membuat pengendali universal yang diberi nama ‘CORE’. Alat ini mampu berinteraksi dengan banyak perangkat. Namun, sayang, ketika itu CORE terlalu sulit digunakan banyak orang, sehingga sukses besar gagal diraih.
Padahal, pada era 2000, setelah kegagalan CORE, pengendali TV universal justru makin mudah dijumpai dan digunakan. Setelah meluncurkan iPhone pada 2007, sejumlah aplikasi dibuat untuk mengubah perangkat ini menjadi pengendali TV. Karena iPhone tak memiliki inframerah, maka sebagian besar aplikasi tergantung pada alat tambahan.
Pada 2010, terinspirasi Nintendo Wii dan generasi baru TV ‘pintar’ yang memiliki banyak menu pada layarnya, pengendali TVB menjadi makin gesit. Tahun lalu, LG mengumumkan jajaran TV barunya yang akan disertai ‘tongkat sihir’. Alat ini memungkinkan pengguna menunjuk pada titik berbeda di layar cukup dengan melambaikannya.inilah.com